Jumat, 21 Maret 2014

KEBUDAYAAN SUKU SASAK DI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I
PENDAHULUAN

        Indonesia merupakan negara yang kaya akan ragam suku dan budaya,yaitu sekitar 300 suku bangsa. Setiap suku memiliki keunikan masing-masing. Seperti suku Suku Tengger yang berada di sekitar Gunung Bromo (Jawa Timur), Suku Baduy yang terletak di wilayah Kabupaten Lebak, (Banten), suku Minahasa yang terdapat di Sulawesi Utara dan masih banyak suku- suku lainnya yang besar maupun yang kecil.
        Diantara suku-suku diatas, disini penulis membahas tentang Suku Sasak yang hidup  di Pulau Lombok (Nusa Tenggara Barat)  yang tinggal di dusun Sade, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Sekitar 80% Pulau Lombok diduduki oleh Suku Sasak dan selebihnya adalah suku lainnya, seperti suku mbojo, dompu, samawa, jawa dan hindu (Bali Lombok). Suku Sasak merupakan suku terbesar di  propinsi yang berada di antara Bali dan Nusa Tenggara Timur.
        Umumnya pada masyarakat suku Sasak, kaum laki-laki memiliki mata pencaharian sebagai petani, sedangkan kaum perempuan memiliki mata pencaharian sambilan sebagai penenun kain. Hasil tenunan mereka biasanya dipajang di teras rumah atau pada gazebo yang ada di sekitar rumah mereka. Masyarakat suku Sasak juga mempunyai keunikan tersendiri dalam rumah adat yang mereka buat yang mana lantai rumah adat tersebut dibuat dari campuran tanah liat, kotoran kerbau, dan kulit padi. Menurut mereka, campuran tersebut lebih kokoh dibandingkan semen biasa dan memiliki arti tersendiri. Tanah menggambarkan dari mana manusia berasal. Sedangkan kotoran kerbau menggambarkan kehidupan mereka sebagai petani yang sangat memerlukan kerbau untuk membajak sawah.
        Dari Pemaparan diatas, nampak jelas terlihat banyak sekali hal yang perlu kita ketahui secara mendalam tentang Suku Sasak, sehingga dapat memperluas khasanah keilmuan dan untuk lebih memahami bahwa indonesia mempunyai berbagai suku dan adat istiadat masing-masing sehingga kita mempunyai bekal untuk manentukan sikap dan jalan apa yang paling tepat untuk menyikapinya.



1.1       Rumusan Masalah
Dari latar belakang kita dapat merumuskan masalah :
1)         Bagaimana sistem religi pada masyarakat suku Sasak?
2)         Bagaimana sistem sosial masyarakat suku Sasak?
3)         Bagaimana sistem mata pencaharian masyarakat suku Sasak?
4)         Bagaimana kebudayaan suku Sasak tumbuh dan berkembang?


1.2       Tujuan
Dari rumusan masalah kita dapat mengetahui tujuan :
1)         Untuk mengetahui bagaimana sistem religi yang dianut oleh masyarakat suku Sasak
2)         Untuk mengetahui dan memahami sistem sosial suku sasak 
3)         Untuk mengetahui bagaimana sistem mata pencaharian suku Sasak
4)         Untuk mengetahui dan memahami  pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan suku Sasak

BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Sejarah Suku Sasak 
        Era pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah lombok.Suku Sasak temasuk dalam ras tipe melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000 tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu, dengan demikian perdagangn antar pulau sudah aktif terjadi sejak zaman tesebut dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antar budaya juga telah menyebar.
        Menurut isi Babad Lombok, kerajaan tertua yang pernah berkuasa di pulau ini bernama Kerajaan Laeq (dalam bahasa sasak laeq berarti waktu lampau), namun sumber lain yakni Babad Suwung, menyatakan bahwa kerajaan tertua yang ada di Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin oleh Raja Betara Indera. Kerajaan Suwung kemudian surut dan digantikan oleh Kerajaan Lombok. Pada abad ke-9 hingga abad ke-11 berdiri Kerajaan Sasak yang kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari Bali yaitu kerajaan Gel gel. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di pulau Lombok antara lain Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan Selaparang.
        Kerajaan Selaparang sendiri muncul pada dua periode yakni pada abad ke-13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan Hindu dan kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam dan kekuasaannya berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan oleh gabungan pasukan Kerajaan Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan dengan raja Selaparang. Pendudukan Bali ini memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat di sisi barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan (misalnya Istana Cakranegara di Ampenan). Baru pada tahun 1894 Lombok terbebas dari pengaruh Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang masuk karena pemberontakan orang Sasak mengundang mereka datang. Namun demikian, Lombok kemudian berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda secara langsung.
        Lombok mirah sasak adi merupakan salah satu kutipan dari kitab Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata Lombok dalam bahasa kawi berarti lurus atau jujur, kata mirah berarti permata, kata sasak berarti kenyataan, dan kata adi artinya yang baik atau yang utama maka arti keseluruhan yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama. Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di idamkan leluhur penghuni tanah lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestariakan oleh anak cucunya. Dalam kitab – kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lombok mirah dan Lombok adi beberapa lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan gumi selaparang atau selapawis.
         Asal-usul penduduk pulau Lombok terdapat beberapa Versi salah satunya yaitu Kata sasak secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata sah yang berarti pergi dan shaka yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang sasak ( Lombok ). Dari etimologis ini diduga leluhur orang sasak adalah orang Jawa, terbukti pula dari tulisan sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan sasak.
         Etnis Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku sasak merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku sasak sudah menghuni pulau Lombok sejak abad IX sampai XI masehi, Kata sasak pada prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok dengan gumi sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang sasak.
Masuknya Jepang (1942) membuat otomatis Lombok berada di bawah kendali pemerintah pendudukan Jepang wilayah timur. Seusai Perang Dunia II Lombok sempat berada di bawah Negara Indonesia Timur, sebelum kemudian pada tahun 1950 bergabung dengan Republik Indonesia.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj52D4XwtEbQi5VwmCVNRALVHqwWlRiZozcz0uU3e0HHHXz8Fwd_zPBo4hMZ5VYzSfVo1wlZvVWDPhcM-yGgTEqHhGJLITElTxRqTHTHScpdBfPhZokQSbHU-mP83plHRc0M8PJ4GuHxGrh/s1600/suku+sasak.jpg



Gambar 2.1 Masyarakat Suku Sasak



2.2       Agama dan Kepercayaan (Religi)
            Sebagian besar penduduk pulau Lombok terutama suku Sasak menganut agama Islam (pulau Lombok juga dikenal dengan sebutan pulau seribu masjid). Agama kedua terbesar yang dianut di pulau ini adalah agama Hindu, yang dipeluk oleh para penduduk keturunan Bali yang berjumlah sekitar 15% dari seluruh populasi di sana. Penganut Kristen, Buddha dan agama lainnya juga dapat dijumpai, dan terutama dipeluk oleh para pendatang dari berbagai suku dan etnis yang bermukim di pulau ini.
        Organisasi keagamaan terbesar di Lombok adalah Nahdlatul Wathan (NW), organisasi ini juga banyak mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan berbagai level dari tingkat terendah hingga perguruan tinggi.
Di Kabupaten Lombok Utara, tepatnya di daerah Bayan, terutama di kalangan mereka yang berusia lanjut, masih dapat dijumpai para penganut aliran Islam Wetu Telu (waktu tiga). Tidak seperti umumnya penganut ajaran Islam yang melakukan salat lima kali dalam sehari, para penganut ajaran ini mempraktikan salat wajib hanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini terjadi karena penyebar Islam saat itu mengajarkan Islam secara bertahap dan karena suatu hal tidak sempat menyempurnakan dakwahnya.
        Terdapat juga sebuah kumpulan kecil orang sasak yang disebut Bodha (jumlah: ± 8000 orang) yang menduduki kampung Bentek dan di curam Gunung Rinjani. Agama mereka tidak mempunyai pengaruh Islam dan amalan utama mereka adalah memuja dewa-dewa animisme. Ajaran agama Hindu dan Buddha juga dimasukkan di dalam upacara agama mereka.
        Agama Bodha mempercayai adanya lima tuhan yang besar, yang paling tinggi dikenali sebagai Batara Guru. Tuhan yang lain adalah Batara Sakti dan Batara Jeneng bersama isteri mereka Idadari Sakti dan Idadari Jeneng. Namun kini, penganut agama Bodha sedang diajarkan mengenai agama Buddha yang ortodoks oleh sami-sami yang dihantar oleh persatuan besar Buddha terbesar negara Indonesia.

2.3       Bahasa
        Disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk pulau Lombok (terutama suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak (bahasa asli) sebagai bahasa utama dalam percakapan sehari-hari. Bahasa Sasak, terutama aksara (bahasa tertulis) nya sangat dekat dengan aksara Jawa dan Bali, sama sama menggunakan aksara Ha Na Ca Ra Ka …dst. Tapi secara pelafalan cukup dekat dengan Bali.
Menurut ethnologue yang mengumpulkan semua bahasa di dunia, Bahasa Sasak merupakan keluarga (Languages Family) dari Austronesian Malayo-Polynesian (MP), Nuclear MP, Sunda-Sulawesi dan Bali-Sasak.
        Sementara kalau kita perhatikan secara langsung, bahasa Sasak yang berkembang di Lombok ternyata sangat beragam, baik dialek (cara pengucapan) maupun kosa katanya. Ini sangat unik dan bisa menunjukkan banyaknya pengaruh dalam perkembangannya. Saat Pemerintah Kabupaten Lombok Timur ingin membuat Kamus Sasak saja, mereka kewalahan dengan beragamnya bahasa sasak yang ada di lombok timur, contoh : Kuto-Kute (Lombok Bagian Utara), Ngeto-Ngete (Lombok Bagian Tenggara), Meno-Mene (Lombok Bagian Tengah), Ngeno-Ngene (Lombok Bagian Tengah), Mriak-Mriku (Lombok Bagian Selatan)

2.4       Sistem Kemasyarakatan Suku Sasak
1.         Pelapisan Sosial
Di daerah lombok secara umum terdapat 3 Macam lapisan sosial masyarakat :
1.         Golongan Ningrat
2.         Golongan Pruangse
3.         Golongan Bulu Ketujur ( Masyarakat Biasa )
Masing -masing lapisan sosial masyarakat di kenal dengan Kasta yang mempunyai criteria tersendiri :
a)         Golongan Ningrat ; Golongan ini dapat diketahui dari sebutan kebangsawanannya. Sebutan keningratan ini merupakan nama depan dari seseorang dari golongan ini. Nama depan keningratan ini adalah ” lalu ” untuk orang-orang ningrat pria yang belum menikah. Sedangkan apabila merka telah menikah maka nama keningratannya adalah ” mamiq “. Untuk wanita ningrat nama depannya adalah ” lale”, bagi mereka yang belum menikah, sedangkan yang telah menikah disebut ” mamiq lale”.
b)         Golongan Pruangse ; kriteria khusus yang dimiliki oleh golongan ini adalah sebutan “  bape “, untuk kaum laki-laki pruangse yang telah menikah. Sedangkan untuk kaum pruangse yang belum menikah tak memiliki sebutan lain kecuali nama kecil mereka, Misalnya seorang dari golongan ini lahir dengan nama si ” A ” maka ayah dari golongan pruangse ini disebut/dipanggil ” Bape A “, sedangkan ibunya dipanggil ” Inaq A “. Disinilah perbedaan golongan ningrat dan pruangse.
c)         Golongan Bulu Ketujur ; Golongan ini adalah masyarakat biasa yang konon dahulu adalah hulubalang sang raja yang pernah berkuasa di Lombok. Kriteria khusus golongan ini adalah sebutan ” amaq ” bagi kaum laki-laki yang telah menikah, sedangkan perempuan adalah ” inaq “.
Di Lombok, nama kecil akan hilang atau tidak dipakai sebagai nama panggilan kalau mereka telah berketurunan. Nama mereka selanjutnya adalah tergantung pada anak sulungnya mereka. Seperti contoh di atas untuk lebih jelasnya contoh lainnya adalah bila si B lahir sebagai cucu, maka mamiq A dan Inaq A akan dipanggil Papuk B. panggilan ini berlaku untuk golongan Pruangse dan Bulu Ketujur. Meraka dari golongan Ningrat Mamiq A dan Mamiq lale A akan dipanggil Niniq A.

2.         Sistem Kekerabatan
        Sistem kekerabatan di Tolot-tolot khususnya dan lombok selatan pada umumnya adalah berdasarkan prinsip Bilateral yaitu menghitung hubungan kekerabatan melalui pria dan wanita. Kelompok terkecil adalah keluarga batih yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak. Pada masyarakat lombok selatan ada beberapa istilah antara lain :
a)         Inaq adalah panggilan ego kepada ibu.
b)         Amaq adalah panggilan ego kepada bapak.
c)         Ari adalah panggilan ego kepada adik perempuan atau adik laki-laki.
d)         Kakak adalah panggilan ego kepada saudara sulung laki-laki ataupun perempuan.
e)         Oaq adalah panggilan ego kepada kakak perempuan atau laki-laki dari ibu dan ayah.
f)         Saiq adalah panggilan ego kepada adik perempuan atau laki-laki dari ayah atau ibu
g)         Tuaq adalah panggilan ego kepada adik laki-laki dari ayah atau ibi.
h)         Pisak adalah panggilan ego kepada anak dari adik/kakak dari ibu.
i)          Pusak adalah panggilan ego kepada anak dari adik/kakak dari ayah.
j)          Untuk masyarakat kaum kerabat di tolot-tolot pada khususnya dan lombok selatan pada umumnya mencakup  10 generasi ke bawah dan 10 generasi ke atas tersebut sebagai berikut :
Generasi ke atas :
1.         Inaq/amaq
2.         Papuk
3.         Balok
4.         Tate
5.         Toker
6.         Keletuk
7.         Keletak
8.         Embik
9.         Mbak
10.       Gantung Siwur
Generasi ke bawah :
1.         Anak
2.         Bai
3.         Balok
4.         Tate
5.         Toker
6.         Keletuk
7.         Keletak
8.         Embik
9.         Ebak
10.       Gantung Siwur


2.5       Mata Pencaharian
        Mata pencaharian penduduk suku Sasak berasal dari sektor pertanian dengan daerah tersebur diwilayah kabupaten lombok timur, selain itu juga dalam bidang peternakan dan hanya sebagian kecil bermata pencahariannya dari Pariwisata.

2.6       Kebudayaan
1.         Adat Istiadat dan Tradisi
        Adat istiadat suku sasak dapat di saksikan pada saat resepsi perkawinan, dimana perempuan apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus dilarikan dulu kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini yang dikenal dengan sebutan "Merarik" atau "Selarian". Sehari setelah dilarikan maka akan diutus salah seorang untuk memberitahukan kepada pihak keluarga perempuan bahwa anaknya akan dinikahkan oleh seseorang, ini yang disebut dengan "Mesejati" atau semacam pemberitahuan kepada keluarga perempuan. Setalah selesai makan akan diadakan yang disebut dengan "Nyelabar" atau kesepakatan mengenai biaya resepsi.
       Kemudian terdapat pula tradisi yang bernama "Rowah Wulan dan Sampek Jum'at", tradisi tersebut bertujuan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.  Upacara tersebut biasa dilakukan oleh orang-orang Sasak golongan Wetu Telu di Lombok, Indonesia. Sejak sebulan sebelum bulan Ramadhan, penganut Wetu Telu mengadakan rowah wulan dan sampek jumat sebagai bentuk penyambutan dan pemuliaan bulan Ramadhan, walaupun penganut Wetu Telu tidak berpuasa selama satu bulan penuh. Rowah Wulan diselenggarakan pada hari pertama bulan Sya‘ban sedangkan Sampek Jumat pada Jumat terakhir bulan Sya‘ban atau disebut Jum‘at penutup.
       Walaupun penganut Wetu Telu tidak berpuasa selama satu bulan penuh karena pemahaman yang berbeda terhadap bulan Ramadhan dan juga karena pengaruh adat istiadatnya seperti kebiasaan memamah sirih pada pagi, siang, ataupun sore hari, tetapi ketika bulan puasa menjelang, mereka menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang guna menjaga kesucian bulan Ramadhan. Penganut Wetu Telu diminta untuk menunda semua upacara (ritus) peralihan individu (begawe) seperti nguringsang (pemotongan rambut), nyunatang (khitan), dan ngawinang (perkawinan) karena perayaan tersebut akan merusak kesucian bulan Ramadhan. Bahkan jika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia, keluarganya harus menyelenggarakan upacara kematian secara sederhana dan menangguhkan upacara pasca kematian sesudah bulan Ramadhan.

2.         Kesenian 
        Suku Sasak memiliki keunikan dalam hal kesenian. Salah satunya dalam hal kesenian bela diri yg dikenal dengan sebutan "Presean". Presean sebenarnya adalah sebuah tradisi yang digelar rutin tiap tahun oleh masyarakat suku Sasak di mana dalam Presean ini diadakan sebuah pertarungan antar dua orang di arena dengan bersenjatakan sebilah rotan dengan lapisan aspal dan pecahan kaca yang dihaluskan, sedangkan perisai (Ende) terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Setiap pemainnya/pepadu dilengkapi dengan ikat kepala dan kain panjang.
        Presean sendiri pada awalnya adalah sebuah latihan pedang dan perisai oleh prajurit kerajaan di Lombok sebelum mereka menghadapi perang yang sesunggunya di medan perang. Namun, dalam perjalanannya Presean ini kemudian berkembang dan tetap dilaksanakan hingga kini oleh suku Sasak sebagai ajang bertarung di arena dengan juri sebagai pengatur pertandingan. Suku Sasak tahu betul akan sportifitas, dan karenanya meski dalam arena mereka sampai berdarah-darah terkena sabetan rotan lawannya namun di luar arena mereka sama sekali tak ada dendam satu sama lain. Mereka tahu betul bahwa itu hanya sebuah permainan yang karenanya tak perlu di bawa hingga ke hati dan menimbulkan dendam hanya karena terluka pada saat bertarung di arena.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV0winVYwMQfCz_aNPahQsnGBEssSFol3byjEPAqZ9kA2-ciPQBM4TYjpvGHa7oMBzCDOMGF9kw6NwHxJmc5hXNQl0tsygc_0nT4rjJt9iTRBtOOaxkcb5dYGGqGAVS8F0-1k80dNQ1jBo/s1600/kesenian.jpg



Gambar 2.6 Kesenian Suku Sasak


Oleh: Lalu Pangkat Ali
http://i2.wp.com/www.sasak.org/wp-content/uploads/2012/11/LPA.jpg?resize=233%2C315
Ø   Lalu Pangkat Ali sebagai infoman
[Sasak.Org] HAMPIR disetiap cabang seni budaya, masyarakat Sasak di pulau Lombok memiliki ciri khas tersendiri. Kita tahu bahwa, berbagai jenis seni karawitan, pewayangan/pedalangan, seni tari, seni musik, seni ukir, seni beladiri dan seni sastra, memiliki tempat tersendiri di hati masing-masing orang Sasak
Seni karawitan seperti rebana, gendang beleq, kelentang dan tawaq-tawaq, menggunakan gending yang tak jauh beda dengan gendang Bali dan Jawa. Cuma bedanya, terletak pada jumlah personil (sekahe) yang memainkan alat-alat instrumen gong gamelan Sasak yang tidak terlalu banyak, namun menghasilkan instrumental yang ramai. Kita ambil gong gamelan (karawitan) yang mengiringi seni pedalangan wayang kulit. Jumlah personilnya cukup 7-8 orang. Begitu pula dengan gong gamelan yang mengikuti permainan peresaian (saling pukul dengan rotan), dengan personil cukup antara 4-5 orang.
Di bidang seni musik cilokaq, digemari sebagai tontonan rakyat maupun tontonan para wisatawan yang berkunjung. Ada pula seni teater tradisional seperti Cupak-Gerantang yang ceritanya diambil dari takepan Doyan Nada, sebuah cerita panji yang berkembang pada masa kebesaran Jenggala-Kediri dan Kahuripan di Jawa Timur. Begitu pula dengan seni teater tradisional rudat. Teater ini, pada masa sebelum sampai tahun 1950-an, mereka pernah berjaya sebagai tontonan rakyat yang menarik dengan nama rudat kumidi. Cerita-cerita yang dibawakan kebanyakan diambil dari cerita hikayat.
Kalau kita ikuti perjalanan sejarah seni rudat, lebih-lebih dengan cerita komedi, maka seni ini berkembang sebagai budaya Islam di Lombok yang berasal dari Hindustan (Turki) pada masa kejayaan Islam Turki Usmani. Banyak jenis seni budaya Sasak yang masih terpelihara dengan baik. Bila dikemas dan dipersiapkan dengan baik, lalu ditangani secara professional, akan mendatangkan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan Nusantara (wisnu) dan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Lombok.
Untuk kerjasama dengan instansi terkait (Diparsenibud) serta pihak-pihak yang mengelola kegiatan yang berhubungan dengan wisatawan, seperti hotel-hotel dan restoran, seniman, budayawan, guide serta seluruh komponen masyarakat, sangat diperlukan.
Seni budaya Sasak sesungguhnya merupakan potensi yang paling dapat diandalkan menjadi pemicu kegiatan ekonomi lainnya di bidang pariwisata di Lombok. Selain bidang seni, tidak kalah mutunya dibandingkan dengan hasil masyarakat luar. Hasil seni kerajinan anyaman, ukiran yang tumbuh dan berkembang di berbagai daerah di Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur, cukup diminati para wisatawan asing.
Di Lombok Barat sendiri memberi gambaran bahwa, kerajinan anyaman, ukiran, seni keramik penghasil gerabah, mulai dari yang kecil bisa dimasukkan ke dalam saku hingga yang memerlukan peti jika akan diangkut ke luar negeri (export), telah dapat dipersiapkan para pedagang.
Di bidang seni desain yang berhubungan dengan motif-motif kain tradisional, beberapa daerah seperti Sukarara, Sade (Lombok Tengah), kain tenuh Gumise (Lombok Barat), Bayan (KLU), Sakra, Suwangi (Lombok Timur), sesungguhnya daerah-daerah andalan. Lebih-lebih kemampuan mengolah bahan kain secara tradisional mulai dari memintal benang hingga pewarnaan, lalu menenunnya menjadi berbagai motif. Pengetahuan ini dimiliki oleh orang-orang Sasak sejak dulu.
Semenjak zaman dahulu, Lombok terkenal sebagai penghasil tenun, kayu sepang dan kapas yang menjadi bahan export. Demikian pula untuk menghasilkan kain-kain yang bercorak tradisional, Lombok dikenal dengan songket ragi genep, bintang empat, rembang dan subahnala. Kini, jenis kain-kain tersebut begitu diminati para wisatawan, sehingga apabila sumber daya yang ada di Lombok dewasa ini mengoptimalkan usahanya di bidang tenun tradisional tersebut, berarti tingkat kemajuan ekonomi bakal menjadi meningkat.
Hanya saja ada permasalahan, kegiatan menenun secara tradisional masih merupakan pekerjaan sampingan dari kalangan yang terbatas. Yang bekerja di bidang ini, terbatas pada orang-orang wanita. Dengan demikian hasil yang didapat belum optimal.
Kaitannya dengan pekerjaan kalangan terbatas, pihak instansi terkait (Diparsenibud) telah melakukan terobosan, guna mengantisipasi kebiasaan tersebut. Upaya sosialisasi dan realisasi telah dilaksanakan sehingga, berangsur-angsur kebiasaan pekerjaan sampingan dari kalangan terbatas bisa terkikis. Di Lombok Barat sendiri, pemda setempat sudah mengupayakan kain tenun Gumise, Desa Sekotong Timur Kecamatan Lembar sebagai kostum uniform pada hari kerja Sabtu. Dengan demikian, Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang seni budaya tetap terpelihara, sekaligus terpeliharanya SDM yang berkualitas.
Jadi, pengembangan pariwisata harus didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjurus kearah sikap profesionalisme. Untuk ini, sebagai jawabannya adalah, melalui pengadaan lembaga-lembaga pendidikan formal kejuruan sebagai ajang dididiknya calon-calon tenaga kerja yang trampil, menggeluti bidang pariwisata.














           

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang (masyarakat) dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sedangkan, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Pulau Lombok  adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggarayang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. samudra indonesaia di sebelah utara dan samudra hindia disebelah seletan.
Etnis Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku sasak merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Pemeluk agama islam yang taat, dengan bahsa sasak sebagai bahasa utama dalam berkomonikasi kehidupan sehari-hari. Bermata pencaharian sebagai petani.
Suku Sasak juga mempunyai keanekaragaman budaya, baik dari segi adat istiadat yang digunakan maupun dari hal kesenian yang mana mempunyai keunikan tersendiri di dalamnya. Hal-hal tersebut merupakan salah satu bukti daripada kekayaan budaya negara Indonesia. 

Di daerah lombok secara umum terdapat 3 Macam lapisan sosial masyarakat, yaitu Golongan Ningrat, Golongan Pruangse, dan Golongan Bulu Ketujur ( Masyarakat Biasa ).
Adat istiadat suku sasak dapat di saksikan pada saat resepsi perkawinan, yang dikenal dengan sebutan "Merarik" atau "Selarian".
Budaya Presean atau bertarung dengan rotan salah satu kekayaan budaya gumi (bumi) gogo rancah (lombok).  Berupa pertarungan dua lelaki Sasak bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) serta berperisai kulit kerbau tebal dan keras (ende). Petarung disebut pepadu. Acara tarung presean ini juga diadakan untuk menguji keberanian/nyali lelaki sasak yang wajib jantan dan heroik saat itu. Awalnya merupakan sebuah bagian dari upacara adat  yang menjadi ritual untuk memohon hujan ketika kemarau panjang.

B .   Saran
            Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam harus senantiasa kita jaga dan kita lestarikan, mulai dari memperkenalkan kebudayaan-kebudayaan kepada tiap-tiap generasi diantaranya melalui pendidikan kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu perlu diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai kebudayaan Indonesia, untuk mengetahui seluk beluk sejarah dan perkembangan kebudayaan yang ada di Indonesia.


MAKALAH PSIKOLOGI TENTANG PERSEPSI

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa-apa yang dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif pada manusia meliputi tingkat intelejensi,kondisi fisik, serta kecepatan sistem pemrosesan informasi pada manusia. Bila kecepatan sistem pemrosesan informasi terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada kemampuan kognitif. Masalah yang dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan pada tubuh manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik atau juga mental. Akibat dari adanya keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu untuk memproses informasi dengan sempurna. Dengan ketidaksempurnaan ini maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif mengalami masalah dalam meraba, mempelajari atau berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang dihadapinya.
Persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis pengertian itu tidaklah tepat. Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita ( penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Dan didalam mempersepsi keadaan sekitar maka kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir sebuah argumen yang berasal dari informasi yang dikumpulkan dan diterima oleh alat reseptor sensorik kita sehingga kita dapat menggabungkan atau mengelompokkan data yang telah kita terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.



A.    RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah definisi persepsi?
2.      Bagaimana tahap terbentuknya persepsi?
3.      Bagaimana perkembangan perseptual?
4.      Apa saja sifat-sifat persepsi?
5.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi?

C.    TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhinya , dan diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua. Mempelajari tentang persepsi lebih mendalam sehingga dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran disekolah nantinya.



















BAB II
PEMBAHASAN

A .  DEFINISI PERSEPSI
Secara etimologis presepsi berasal dari bahasa latin preceptio;dari  preceptio, yang artinya menerima atau mengambil. Adapun proses dari persepsi itu sendiri adalah yang menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak.
Kata “presepsi” biasanya dikaitkan dengan kata lain, seperti: presepsi diri, presepsi sosial (Calhoun &Acocela, 1990; Sarwono, 1997; Gerungan, 1987), dan presepsiinterpersonal (Rahmat, 1994). Dalam kepustakaan berbahasa inggris istilah yang banyak digunakan ialah “social perception”. Pada dasarnya , objek berupa pribadi memberi stimulus yang sama pula.
Definisi Persepsi menurut beberapa pakar :
1.      Leavit, 1978 mengatakan presepsi adalah bagaimana sesorang memandang atau mengartikan sesuatu.
2.      Devito (1997:75), presepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera.
3.      Yusuf (1991: 108) menyebut presepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”
4.       Gulo (1982: 207) presepsi ialah proses seseorang menjadi sadar akan segalasesuatu dalam lingkungannya melalui indera.
5. Rakhmat (1994: 51), presepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atauhubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
6.      Atkinson, presepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dengan lingkungan.
7.      Verbeek (1978), presepsi dapay dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik.
8.      Brouwer (1983: 21), presepsi ialah suatu reflika dari benda di luar manusia yang intrapsikis, dibentuk  berdasar rangsangan-rangsangan dari objek.
9.      Pareek (1996: 13), presepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi pada rangsangan panca indera atau data.
Persepsi bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti presepsi , yang identic dengan penyandian-balik dalam proses komunikasi. John R. Wenburg dan William W. Wilmot,menyebutkan  “presepsi dapat didefinisikan  sebagai cara organisme  memberi makna” Rudolph F. Verderber, “presepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi”  (dalam mulyana, 2000: 167).
Menurut Jalaluddin Rahmat (1998:51), persepsi adalah pengalaman tentang objek, wisata atau hubungan –hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan pesan. Pengertian ini memberi pemahaman bahwa dalam persepsi terdapat pengalaman tertentu yang telah diperoleh individu. Disini, peratau peristiwa yang dialami seta dilakukannya suatu proses yang menghubung-hubungkan pesan yang datang dari pengalaman atau peristiwa yang dimaksudkan, kemudian ditafsirkan menurut kemampuan daya pikirnya sendiri.
Pesan-pesan yang muncul dan dipersepsi dapat berarti pesan yang tersurat maupun tersirat. Menurut Ruch (1967:300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang struktural dan bermakna pada suatu situasi tertentu.[1]
Persepsi merupakan proses dimana individu memilih, mengorganisasi,dan menginterpretasi apa yang dibayangkan tentang dunia disekelilingnya. Persepsi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan makna yang dia berikan kepada “sesuatu” kepada seseorang/kepada peristiwa. Disini penting untuk dicatat bahwa semua manusia tidak dapat mengelak persepsi yang mempengaruhi komunikasi. Jika seorang pengirim membagi info dengan maksud tertentu kepada penerima, maka suka atau tidak suka penerima akan menerima info yang dimaksudkan pengirim.[2]
Persepsiadalah proses internal yang kitalakukanuntukmemilih, mengevaluasi, danmengorganisasikanrangsangandarilingkunganeksternal. Dengan kata lain, persepsiadalahcarakitamengubahenergi-energifisiklingkungankitamenjadipengalaman yang bermakna.[3]



B. PERKEMBANGAN PERSEPTUAL
Ketetapan perseptualadalah kecendrungan kita untuk mempertahankan persepsi yangtelah dimiliki terhadap suatu objek dengan mengabaikan perubahan warna (color),keterangan (brightness), ukuran (size), dan bentuk (shape).
Strategi untuk mengembangkan Integrasi Sistem Perseptual
Banyak anak yang kesulitan belajar karena tidak dapat melakukan transfer informasi dari suatu sistem perseptual ke sistem perseptual yang lain.  Transfer informasi yang mencakup integrasi dan  aktivitas :
1.        Visual ke Auditoris,   meminta anak melihat suatu pola titik-titik dan garis-garis; kemudian menyuruh anak meniru pola tersebut dalam bentuk ritmis pada drum.
2.        Auditoris ke Visual,   meminta anak mendengarkan irama ritmis dan memilih salah satu pola visual titik dan garis yang sesuai dari beberapa pilihan.
3.        Auditois  ke Motorvisual,  mendengar irama ritmis dan mengalihkan pada visual dengan menulis pasangan titik dan garis.
4.        Auditoris – verbal ke motor,  memerintah anak untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu
5.        Taktil –Visualmotor,  meraba bentuk dan menggambarkan bentuk
6.        Auditoris ke Visual,  mendengar bunyi benda dan menunjukkan gambarnya

B.     SIFAT-SIFAT PERSEPSI
            Dua fungsi utama sistem utama persepsi yaitu lokalisasi atau menentukan letak suatu objek dan pengenalan, menentukan jenis objek tersebut (Atkinson et al., t.t.). lokalisasi dan pengenalan dilakukan oleh daerah korteks yang berbeda. Penelitian persepsi juga mengurusi cara sistem perseptual mempertahankan bentuk objek tetap konstan, walaupun citra (bayangan) objek di retina berubah.            
Sifat umum persepsi antara lain, yaitu;
1.        Dunia persepsi mempunyai sifat-sifat  ruang. Mengenal persepsi ruang ini mengandung persoalan-prsoalan psikologis yang penting, terutama penglahatan sifat ruang (dimensi ketiga).
2.        Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu.  Objek-objeknya bersifat tetap, sehingga terdapat kestabilan yang luas.
3.        Dunia persepsi berstruktur menurut objek persepsi. Dalam hal ini berbagai keseluruhan berdiri sendiri  menampakkan diri:Gestalt-gestalt. Persepsi gestalt merupakan suatu pembahasan yang penting dalam psikologi persepsi.
4.        Dunia persepsi yang penuh dengan arti. Persepsi tidaklah sama dengan mengonstatir benda dan kejadian tanpa makna. Yang kita persepsi selalu merupakan tanda-tanda, ekspresi, benda-benda dengan fungsi, relasi-relasi yang penuh arti, serta kejadian-kejadian.

D. BENTUK-BENTUK PERSEPSI
1. Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
2. Persepsi auditori
    Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3. Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4. Persepsi penciuman
   Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
5.   Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Wilson (2000) mengemukakan ada faktor dari luar dan dari dalam yang mempengaruhi persepsi diantaranya sebagai berikut :

a. Faktor eksternal atau dari luar :
1.      Concreteness yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit dipersepsikan dibandingkan dengan yang obyektif.
2.      Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk di persepsikan dibanding dengan hal-hal yang baru.
3.      Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif di bandingkan dengan gerakan yang lambat.
4.      Conditioned stimuli, stimuli yang di kondisikan seperti bel pintu, deringan telepon dan lain-lain.
b. Faktor internal atau dari dalam :
1.      Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon untuk istirahat.
2.      Interest, hal-hal yang menarik lebih di perhatikan dari pada yang tidak menarik
3.      Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian
4.      Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain.
Menurut Rahmat (2005) faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi interpersonal adalah:
1.       Pengalaman. Seseorang yang telah mempunyai pengalaman tentang hak-hak tertentu akan mempengaruhi kecermatan seseorang dalam memperbaiki persepsi.
2.       Motivasi. Motivasi yang sering mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk mempercayai “dunia yang adil” artinya kita mempercayai dunia ini telah diatur secara adil.
3.       Kepribadia.  Dalam psikoanalisis dikenal sebagai proyeksi yaitu usaha untuk mengeksternalisasi pengalaman subyektif secara tidak sadar, orang mengeluarkan perasaan berasalnya dari orang lain.
Menurut Walgito (1995: 22) terdapat dua yaitu faktor ektern dan intern.
1. Faktor Internal
Faktor yang mempengaruhi persepsi berkaitan dengan kebutuhan psikologis, latar belakang pendidikan, alat indera, syaraf atau pusat susunan syaraf, kepribadian dan pengalaman penerimaan diri serta keadaan individu pada waktu tertentu.
2. Faktor Eksternal
Faktor ini digunakan untuk obyek yang dipersepsikan atas orang dan keadaan, intensitas rangsangan, lingkungan, kekuatan rangsangan akan turut menentukan didasari atau tidaknya rangsangan tersebut.
Menurut Walgito (2004: 89-90) agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, adanya faktor- faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu berikut ini:
a. Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik).
b. Adanya alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus (fisiologis).
c. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Widayatun (1999: 115) meliputi :
 1.Intrinsik dan ekstrinsik seseorang (cara hidup/cara berfikir, kesiapan mental, kebutuhan dan wawasan)
2. Faktor Ipoleksosbud Hankam
3. Faktor usia
4. Faktor kematangan
5. Faktor lingkungan sekitar
6. Faktor pembawaan
7. Faktor fisik dan kesehatan
8. Faktor proses mental

Krech dan Crutchfield (1977) menyebutkan persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang budaya, atau sering disebut faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.
Sedangkan faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf individu. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang berkonsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsikan.
Ø  Pengaruh persepsi
           Seperti yang dikemukakan, persepsi dipengaruhi olehs ejumla hfactor psikologi termasuk asumsi-asumsi yang didaasrkan pada pengalaman- pengalaman masalalu (yang sering terjadi pada tingkat bawah sadar) harapan-harapan budaya dan motivasi (kebutuhan), suasanahati (mood), serta sikap sejumlah percobaan telah menunjukkan pengaruh .faktor-faktortersebutpadapersepsi[4]:
·         Asumsidanpersepsi
·         Harapan-harapanbudayapersepsi
·         Motivasidanpersepsi
·         Suasanahatidanpersepsi
·         Sikapdanpersepsi














BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi.
Jenis-jenis persepsi berdasarkan alat indera, yaitu persepsi visual, persepsi auditori, persepsi perabaan, persepsi penciuman, dan persepsi pengecapa.
Agar seseorang dapat menyadari dan dapat melakukan persepsi ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu :
Adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulusyang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai indera dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) tapi berfungsi sebagai reseptor.Adanya indera atau reseptor, yaitu sebagai alat untuk menerima stimulus.  Diperlukan adanya perhatian sebagai langkah awal menuju persepsi.
Sebagian besar dari prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip pengorganisasian berdasarkan teori Gestalt. Teori Gestalt percaya bahwa persepsi bukanlah hasil penjumlahan bagian-bagian yang diindera seseorang, tetapi lebih dari itu merupakan keseluruhan [the whole]. Teori Gestalt menjabarkan beberapa prinsip yang dapat menjelaskan bagaimana seseorang menata sensasi menjadi suatu bentuk persepsi.
B.     SARAN
Kajian-kajian tentang persepsi masih sangat perlu untuk ditingkatkan, karena persepsi sangat penting bagi guru sebagai tenaga pendidik untuk dapat memahami cara berpikir peserta didiknya.




DAFTAR PUSTAKA

Rosleny Marliany, M.Si. Paikologo Umum : Penerbit CV Pustaka Ceria : Bandung
Drs.Jalaluddin Rakhmat , M.SC .Psikologi Komunikasi :Penerbit PT Remaja Rosdakarya : Bandung
Prof. Drs. H. A.W. Widjaja, KomunikasidanHubunganMasyarakat , PT BumiAksara : Jakarta
Werner J. Severin James W.TankardJr, 2009, Teorikomunikasisejarahmetodedanterapan, Kencana : Jakarta
Prof Dr. AloLiliweri, 2011 ,KomunikasiSerba Ada SerbaMakna, Kencana : Jakarta



[1]RoslenyMarliany , M .Si ,psikologiumum , hal : 188
        [2]Prof. Dr. AloLiliweri , M.S, komunikasiserbaadaserbamakna , hal :153
[3]Prof. Drs .H. A.W.Widjaja, komunikasidanhubunganmasyarakat, hal :25
S[4]Werner J. Severin- James W. Tankard, Jr, Teorikomunikasisejarahmetodedanterapan , hal: 85-89