BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah
telah mencatat bahwa akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 adalah periode yang
sangat penting dalam perkembangan
sejarah dunia. Dapat dikatakan bahwa masa itu merupakan masa-masa fenomenal
yang telah membawa peradaban dunia ini kepada perubahan-perubahan mendasar,
baik dalam aspek politik, sosiologis, idiologis, maupun Agama.
Secara normatif, ketika islam pertama kali diperkenalkan,
umat islam telah dijanjikan bahwa mereka akan menjadi ‘’ komunitas yang paling
mulia yang pernah muncul untuk umat manusia, secara kultural, kaum muslimin
awal telah menunjukkan bahwa mereka telah membangun sebuah peradaban besar yang membentang luas
dari sungai nil hingga Oxus, dan perubahan itu juga paling berpengaruh di dunia
pada abad ke-16.
Dlam perkembangan selanjutnya, islam merupakan dan menjadi sebuah faktor
utama dalam masyarakat Lombok. Hampir 95% dari penduduk kepulauan Lombok adalah
orang sasak dan hampir semuanya beragama islam. Karena tidak heran seorang
etnograf mengatakan bahwa “menjadi sasak berarti menjadi muslim”. Meskipun
pernyataan ini tidak seluruhnya benar (karena pernyataan ini mengabaikan
popularitas sasak Boda),[1]
sentimen-sentimen itu dipegangi bersama oleh sebagian besar penduduk pulau
Lombok karena identitas sasak begitu erat terkait dengan identitas mereka
sebagai muslim.
Seiring
perkembangan dan pembaharuan pendidikan di nusantara khususnya NTB dengan dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memurnikan
ajaran islam dari pengaruh tradisi lokal yang animis. Sebagaimana diketahui bahwa tradisi lokal yang
paling banyak berpengaruh. Satu-satunya adalah yang dikenal dengan Islam Wetu
Telu (waktu tiga). Wetu Telu merupakan agama tradisional yang diperkaya dengan
ajaran-ajaran lokal seperti pemujaan roh. Meskipun tradisi ini diklaim bersumber dari
ajaran islam, namun ajaran islam yang sesungguhnya itu justru diperlakukan
sebagai unsur persial yang dicangkokkan dalam mosaik tradisi kultural Wetu Telu
yang lebih besar. Ajaran-ajaran
tersebut tidak mampu dipengaruhi oleh sistem pendidikan agama islam islam yang
berkembang waktu itu.
Kemudian
pada tahun 1934 muncul salah satu pembaharu yang berupaya untuk meneruskan jejak pendahulunya. Tokoh tersebut bernama
Tuan guru kiai Hamzanwadi, seorang alumni Madrasah Saulatiyyah makkatul
mukarromah.
Pemakalah mengangkat tokoh ini karena hamzanwadi memenuhi
persyaratan untuk diketahui sebagai seorang tokoh pemikir.
B.
Rumusan Masalah.
Berangkat dari latar belakang masaqlah di atas, peneliti
mengangkat beberapa masalah sebagai fokus penelitian, yaitu:
1.
Bagaimana Kondisi wate telu di Lombok (sebelum tahun
1960)
2.
Bagaimana konsep berdirinya Nahdlatul Whatan
3.
Bagaimana Akidah, Azaz,Tujuan dan Kiprah Organisasi
Nahdlatul Whatan
4.
Bagaimana Nahdlatul whatan dan Perubahan keagamaan
Masyarakat wetu telu
C. Tujuan dan manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengungkap mata
rantai sejarah pendidikan islam di Lombok serta arti pentingnya bagi perubahan
yang terjadi dalam masyarakat Lombok. Secara lebih detai penelitian ini
ditujukan untuk :
1. Menjelaskan sejarah pendidikan islam di Lombok
2. Mengetahui latar belakang sejarah pendidikan islam yang ada di Lombok
Manfaat penelitian adalah memberikan kontribusi dan
memperkaya khasanah pemikiran keislaman khususnya dalam disipin sejarah islam.
D. Kerangka Teori
a)
Pengertian Sejarah
Kata
sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajarotun yang berarti pohon kayu.
Pohon dalam pengertian ini merupakan suatu simbol yaitu simbol kehidupan. Di
dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang, ranting, daun, akar, dan
buah. Bagian-bagian dari pohon itu menunjukkan adanya aspek-aspek kehidupan
yang satu sama lain saling berhubungan untuk membentuk sesuatu itu menjadi
hidup. Lambang pohon itu menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan. Istilah yang memiliki makna sama dengan kata
syajaratun adalah silsilah, riwayat atau hikayat, kisah, dan tarikh. Silsilah
menunjuk pada keluarga dan nenek moyang.
b)
Pengertian Pendidikan
Secara bahasa
definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
Sedangkan secara istilah pendidikan adalah proses yang terus menerus (kekal) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara
fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti
termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari
manusia.
c)
Pengertian Pendidikan Islam
Endang Syaifuddin Anshori
memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah proses bimbingan (pimpinan,
tuntunan, usulan) oleh obyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran,
perasaan, kemauan, intuisi dan lain-lain) dan raga obyek didik dengan
bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah
terciptanya pribadi tertentu diserta evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.
Ahmad D. Marimba
mendefenisikan pendidikan Islam dengan bimbingan jasmani-rohani, berdasarkan
hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.
d)
Apa pengertian dari nahdhatul Wathan
Nahdlatul Wathan disingkat NW adalah organisasi massa Islam terbesar di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Organisasi ini didirikan di Pancor, Kabupaten
Lombok Timur oleh TGKH
Muhammad Zainuddin Abdul Majid yang dijuluki Tuan Guru Pancor serta Abul Masajid wal
Madaris (Bapaknya Masjid-masjid dan Madrasah-madrasah) pada tanggal 1 Maret
1953 bertepatan dengan 15 Jumadil Akhir 1372 Hijriyah. Organisasi ini mengelola
sejumlah Lembaga Pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
E. Metode penelitian
Kajian ini merupakan kajian sejarah.
Penelitian sejarah dilakukan melalui lima tahap, yaitu pemiliihan topik,
pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi
dan penulisan.[2]
1. Pemilihan Topik
Topik penelitian ini adalah Sejarah Pendidikan Islam di
Lombo. Pemilihan topik-topik ini didasarkan pada fakta-fakta bahwa sejarah
pendidikan pada masa tersebut merupakan perkembangan, yang paling gemilang atau
penyebaran dan perkembangn islam di pulau Lombok mencapai zaman keemasan.
2. Pengumpulan Sumber
Pengumpulan sumber yaitu suatu tahap pengumpulan data,
baik itu tertulis maupun lisan yang diperlukan untuk kelengkapan penelitian.[3] Sumber
tetulis bisa berbentuk dokumen, artefak, arsif. Sumber tidak tertulis berupa
data yang berasal dari penuturan, narasi, atau cerita dari narasumber. Untuk
mengungkap sumber kedua ini dikenal dengan sejarah lisan.
Sebagai sumber primer dipergunakan catatan-catatan
sejarah tentang pulau Lombok. Data skunder berasal dari tulisan-tulisan dan dokumentasi yang mendukung dan seuain
dwengan tem penelitian ini. Data diolah dari hasil penelitian teks atau
sumberlain sejauh membahas tentang tema terkait. Hal ini dilakukan untuk
melihat bagaimana proses sejarah pendidikan islam dipulau Lombok.
Kegiatan ini dilakukan dengan memprioritaskan penggalian
data tentang sejarah pendidikan islam di Lombok yang terdapat pada literatur
yang ada. Disamping itu, penelti berusaha pula menggali dari sumber lain,
seperti dokumentasi kegiatan Nahdlatul Whatan yang memiliki keterkaitan dengan
sejarah pndidikan islam di Lombok.
3. Verifikasi (Kritk sejarah dan keabsahan sumber)
Verifikasi dilakukan sebagai alat pengendalian atau
pengecekan proses serta untuk mendeteksi adanya kekeliruan yang terjadi. Dalam
hal ini dilakukan kritik ekstern dan intern[4] sehingga
sumber data yang diperoleh benar-benar otentik dan kredibel.
Untuk memperoleh otentisitas dan kredibilitas sumber ,
data yang diperoleh dianalisi dan diperbaharui supaya layak. Sumber data
dikomparasi denagn data lain untuk memperoleh obyektifitas dan menghindari
manipulasi data. Verifikasi akan dilakukan dengan menguji silang berbagai data
yang ada sehingga didapatkan bukti-bukti yang shahih.
4. Historigrafi (Penulisan)
Histografi adalah penulisan tahap akhir sebagi prosedur
penelitian sejarah dengan memperhatikan aspek kronologis[5]. Pada
langkah ini penulis menyusun bahan-bahan yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya menjadi suatu kisah atau penyajian secara sistematis sesuai denagn
metode penuliasan dalam penelitian.
F. Tinjauan Pustaka
Studi yang terkait dengan masyarakat Lombok
sudah banyak dilakukan. Erni Budiwanti (2000) melakukan penelitian terhadap
komunitas Sasak dalam bentuk analisis konflik yang terjadi antara pemeluk agama
islam waktu lima dan Wetu Telu, ia menyoroti ekspansi ajaran yang dilakukan
oleh penganut islam waktu lima terhadap pemeluk Islam Wetu Telu, jadi fokus
analisisnya pada masalah studi sejarah agama dari komunitas sasak.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Kondisi Wetu telu Di Lombok (Sebelum Tahun 1960)
1.
Arti dan Makna Wetu telu
Beberapa arti dan makna Wate Telu dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a)
Wetu berarti hukum dan Telu berarti tiga’ Adapun hukum
yang ketiga itu yang dimaksud ialah : Adat, Agama, Pemerintah.
b)
Semua makhluk hidup muncul ( metu ) melalui tiga jenis
system yaitu Mentiuq ( berkembakbiak dari benih ) seperti tumbuhan, Menteluq (
bertelur ) seperti unggas, Menganak ( melahirkan ) seperti manusia.
c)
Pengakuan terhadap Tuhan, Adam dan Hawa.
d)
Keharusan semua makhluk hidup melalui tiga tahapan
rangkaian siklus yaitu : Menganak ( dilahirkan), Irup (hidup), Mate ( meninggal
dunia ).
e)
Kepercayaan masyarakat terhadap Al – Qur’an, Hadits, dan
Ijma para ulama.
f)
Kenyataan hidup yang tidak pernah terlepas dari Hari,
Bulan, dan Tahun.
2.
Perkembangan Islam Wetu telu
2.
a Asal usul Islam
Wetu telu
Pada Abad ke VII Masehi Lombok dikuasai oleh kerajaan
Hindu Majapahit dan memperkenalkan Hindu Budhisme di kalangan sang Sasak dan
pengaruh ajaran hindu luntur setelah diperkenalkan islam oleh Sunan Prapen
Putra Sunan Giri pada abad ke XVI Masehi, dan dinasti Selaparang yang merupakan
dinasti Selaparang yang merupakan dinasti yang berpengaruh menerima islam.
Proses islamisasi pertama kalinya dipulau lombok
dilakukan pada abad ke XVI Masehi oleh Sunan Perapen (Putra Susuhan Ratu Giri)
dari Jawa, Sunan Perapen juga dibantu dengan Sunan pengging atau pangeran
Mangkubumi yang menganut islam kalijaga menyebarkan ajaran sufi mistik islam
kepada orang sasak asli Lombok. Yang saat itu Lombk masih masih menganut ajaran
Animisme Hindu dan Budha. Pangeran Mangkubumi konon menikah dengan Putri
Kerajaan Parwa, yang konon pula menimbulkan kekecewaan kepada kerajaan Goa
Sulawesi.
Dengan Alasan ini Goa menyerang Lombok tahun 1640 M, Abad
ke XVII Masehi yang dipimpin Raden Sambelie dan Raden Salut, dan pangeran
Mangkubumi hijrah ke sebuah desa dikaki Gunung Rinjani yaitu Bayan Lombok Utara
saat ini Disitu dikembangkan Aliran Sufinya, kemudian Aliran ini berbaur dengan
budaya Hindu Majapahit yang dari sinilah muncul suatu aliran yang disebut
Aliran Wetu Telu. Artinya Islam wetu telu adalah percampuran atau kombinasi
antara islam sufisme dengan ajaran pantheis Dari desa Bayanlah diperkirakan
Aliran Wetu Telu bermula kemudian menyebar ke seluruh pulau lombok dan menjadi
satu-satunya Aliran Agama yang tidak tersaingi.
Raden Sambelie dan raden Salut kerajaan Makasar (Goa) juga mengajarkan islam yang mana mereka membawa ajaran Sunni Ortodoks yang diterima oleh kelompok bangsawan dan masyarakat khususnya Lombok Tengah dan Lombok Timur. yang menerima ajaran Sunni Ortodoks dari orang makasar inilah namanya Penganut Islam Waktu Lima.
Raden Sambelie dan raden Salut kerajaan Makasar (Goa) juga mengajarkan islam yang mana mereka membawa ajaran Sunni Ortodoks yang diterima oleh kelompok bangsawan dan masyarakat khususnya Lombok Tengah dan Lombok Timur. yang menerima ajaran Sunni Ortodoks dari orang makasar inilah namanya Penganut Islam Waktu Lima.
2.
b Perkembangan
Islam Wetu telu
Wetu
telu mengalami perkembangan yang sangat pesat di Lombok, terutama sebelum 1960.
Pesatnya perkembangan Wetu telu nampak pada persebarannya yang hampir memasuki
semua daerah yang ada di pulau Lombok kecuali dibeberapa tempat yaitu:
1)
Bengkel dan Skarbile Lombok Barat.
2)
Karang Lebah Praya Lombok Tengah
3)
Kelayu Lombok Timur dan beberapa tempaat lainnya dimana
komunitasnya telah memiliki Tuan Guru. Pengaruh Tuan Guru pada dasarnya telah
tertanam jauh sebelum kolonisasi Belanda. Perkembangan pengaruh tuan guru
diikuti oleh merosotnya pengaruh bangsawan. Banyak bangsawan Wetu telu
berpindah ke ajaran Waktu Lima. Hanya beberapa diantara mereka masih
mempertahankan status mereka di kawasan yang terbatas. Penetrasi ajaran Ortodoks Tuan Guru yang
cepat berhasil memudarkan dan akhirya pengaruh dari sistem tradisional Wetu
telu dihampir semua kawasan Lombok, kecuali dibeberapa tempat sampai saat ini
di Bayan Lombok Utara.
3.
Pemahaman
Islam Wetu telu
3.
a Kepercayaan
kepada tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan adalah rahasia (Asma), yang
terwujud dalam panca indra tubuh manusia pertama yaitu Adam dan Hawa. Secara
simbolis Adam mempersentaasikan garis Ayah/laki-laki, sementara hawa
mempersentasikan garis ibu atau perempuan. Menurut penjelasan Amak Mindri (72
Tahun) kepada peneliti bahwa: kodrat tuhan merupakan kombinasi 5 indra (berasal
dari tuhan) dan 8 organ yang diwarisi dari Adam (garis laki-laki)
dan Hawa garis perempuan. Masing-masing kodrat tuhan dapat ditemukan dalam
setiap lubang yang ada dalam tubuh manusia dari mata hingga anus.
Intinya iman kepada tuhan, adam, dan hawa adalah pusat
keyakinan waktu telu, penjelasan semacam ini dapat dilihat di lontar layang
Ambiya. Dalam konsep idiologi (pandangan) dan kosmologi (Asal) tidak
sekeyakinan dengan Wetu Lima tentang keesaan tuhan, Wetu telu memiliki kepercayaan
akan arwah leluhur dan makhluk halus yang menempati benda-benda mati yang
disebut penungg meskipun kesemua itu memiliki kekuatan supranatural yang tunduk
kepada tuhan.
Inti kepercayaan Islam Wetu Telu sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan Islam Watu Lima (atau islam kebanyakan), hanya saja terdapat
perbedaan dalam pelaksanaan syari’at. Dengan adanya usaha pnyempurnaan dan
peningkatan pengetahuan agama yang dilakukan oleh para da’I yang dikirim oleh
beberapa pesantren telah membawa sebagian penganut Islam Wetu Telu menjalankan
syari’at agama islam yang murni.
3.b Praktek
ritual dan pelaksanaannya.
Adapun pemahaman tentang upacara ritual dan pelaksanaan
yang sering dilaksanakan di lingkungan waktu telu yaitu:
1)
Semua upacara ritual keagamaan merupakan kewajiban para
kiyai, sedang yang bukan kiyai harus memberikan sedekah kepada kiyai.
2)
Dalam menetapkan hari besar islam seperti menetapkan
tanggal yang tepat untuk menyelenggarakan peringatan hari besar islam
menggunakan Neptu ( Hitungan Tradisional )
3)
Zakat fitrah diserahkan hanya kepada kiyai.
4)
Peringatan maulid untuk mengingat pertemuan
Adam dan Hawa sebagai bapak dan ibu dari seluruh manusia.
yang menarik dan unik dari praktek keagamaan atau ibadah
wetu telu adalah adanya perbedaaan tata cara yang berbeda-beda antara daerah
satu dan yang lainnya. Disaembalun misalnya, sebuah daerah dingin Lereng Gunung
Rinjani (Lombok Timur), mereka tidak melaksanakan sholat lima waktu, melainkan
hanya menjalankan sholat asyar.[6]
Agama sasak atau lebih spesifik lagi islam sasak
merupakan cermin dari pegulatan agama lokal atau tradisional berhadapan dengan
agama dunia yang universal dalam hal ini islam. Seperti yang terjadi di
Bayan(Lombok)[7],
islam wetu telu (islam Lokal) yang banyak dipeluk oleh penduduk sasak asli
dianggap sebagai “tata cara keagamaan islam yang salah (bahkan cenderung
syirik)” oleh kalangan islam wetu lima, sebuah varian islam universal yang
dibawa oleh orang-orang dari daerah lain di pulau lombok. Tak pelak, islam wetu
lima sejak awal kehadirannya disengaja untuk melakukan misi atau dakwah
islamiyah terhadap kalangan wetu telu karena dianggap keislaman mereka belum
sempurna.
B. Konsep Berdirinya Nahdlatul Wathan (NW).
1) Pengertian Nahdlatul
Watahan (NW)
Nahdlatul Wathan, berasal dari dua suku kata dalam bahasa
arab, yaitu kata Nahdloh yang berarti kebangkitan dan kata Wathan yaitu tanah
air, Nahdlatul Wathan berati kebangkitan negeri (kebangkitan sebuah bangsa) ini
tercermin dalam kiprahnya yang terus bergerak dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyah yang
selalu berpegang teguh dalam Islam Ahlussunnah wal Jamaah ala Madzhabil Imam
Syafii RodiallohuAnhu. Organisasi Nahdlatul Wathan disingkat NW adalah
organisasi keagamaan islam (jama’iyah diniyah islamiyah) yang memiliki kegiatan
utama (core activities) dalam bidang pendidikan, social dan dakwah islamiyah.
2) Sejarah Berdirinya Nahdlatul Watahan (NW)
Organisasi
ini didirikan oleh TGH KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada tanggal 1 Maret 1953 bertepatan dengan 15
Jumadil Akhir 1372 Hijriyah. Dalam merealisasikan obsesinya Tuan Guru Haji
Zainudin Abdul Majid mendirikan pesanteren al-Mujahidin pada tahun 1934 M,
sebagai tempat pembelajaran agama secara langsung bagi kaum muda. Pendirian ini
di latarbelakangi oleh keinginannya untuk memberikan pelajaran agama yang lebih
bermutu kepada masyarakat, karena pada saat itu umumnya para tuan guru dalam mengajarkan agama
lebih banyak menggunakan kitab-kitab Arab Melayu, seperti Bidayah, dan Sabil
al-Muhtadin. Selain
itu, masalah kualitas keberagaman masyarakat secara umum berada dalam kondisi
yang terpuruk, sebagai akibat langsung dari kolonialisme Belanda dan Kerajaan
Hindu Bali yang cukup lama. Masyarakat sangat antusias terhadap keberdaan
pesantren ini, sehingga ia berinisiatif untuk mengembangkanya lebih lanjut
dalam bentuk pembelajaran yang lebih formal di ruang kelas. Seiring dengan meningkatnya jumlah santri
yang belajar di pesantren ini, mendorong TGH KH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
mendirikan madrasah Nahdlatul Watahan Diniyah Islamiyah (NBDI) yang
dipandangnya lebih efektif dalam mencapai tujuan pendidikan.
Dalam perjalananya lembaga Madrasah NWDI tersebut
mendapatkan berbagai kecaman dari para tuan guru di Lombok Mereka, para tuan
guru pada umumnnya memandang bahwa sistem pendidikan semi-klasik seperti NWDI
merupakan adopsi sistem pendidikan kaum Mu’tazilah, Khawarij dam wahabi. Dan di
samping itu, tantangan juga dari para pamomg praja Desa bersama tokoh-tokoh
desa lainya dengan memberikan sebuah pilihan dilematik kepadanya, yakni apakah
akan tetap mendirikan madrasah atau akan tetap sebagai imam dan khatib di
masjid pancor.
Sukses mendirikan NWDI, Tuan Guru Haji Zainuddin Abdul
Majid mendirikan Madrasah Nahdlatul Watahan Banat Diniyah Islamiyah (NWDI) pada
tahun 1943 M, sebuah lembaga pendidikan yang dikhususkan untuk pendidikan kaum
perempuan. Melalui kedua madrasah (NWDI dan NBDI) ini
kemudian secara bertahap masyarakat Lombok mulai mengenal pendidikan formal
untuk pertama kalinya. Dengan kedua madrasah ini pula pendidikan masyarakat
secara tahap demi
setahap terus meningkat. Kedua lembaga madrasah tersebut selanjutnya dijuluki
“Dwi Tunggal Pantang Mundur”, mengalami kemajuan yang pesat, baik dalam
perkembangannya dengan bedirinya madrasah cabang maupun kelengkapan sarana-prasarana pendidikanya. Dengan pesatnya kemajuan pendidikan di kedua
madrasah tersebut lalu Tuan Guru Haji Zainuddin Abdul Masjid membentuk organisasi Nahdlatul Wathan pada
tahun 1953 M di pancor Lombok Timur.
C. Aqidah , Azas, Tujuan, dan Kiprah Organisasi
Nahdlatul Wathan ( NW )
1)
Aqidah,
Asas dan Tujuan Nahdlatul Wathan
Azas dan
aqidah organisasi merupakan landasan perjuangan organisasi dalam mencapai
tujuannya. Pasal 2 Anggaran Dasar Nahdlatul Wathan menetapkan :
·
Nahdlatul Wathan berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, keadilan
social bagi seluruh rakyat indonesia.
·
Aqidah : Nahdlatul Wathan beraqidah Islam
Ahlusunnah Wal Jamaah ala Mazhabil Imam Syafii RA.
·
Tujuan : Lillai Kalimatillah Waizzil Islam Wal
Muslimin dalam rangka mencapai keselamatan, dan kebahagiaan, hidup di dunia,
dan akhirat.
2)
Kiprah Ormas NW dalam Masyarakat Lombok
Melalui Tuan Guru Haji Zainuddin Abdul Majid ormas NW
yang di bentuknya mulai menyebarkan ide-idenya kepada orang-orang sasak setelah
kembali ke Lombok. Ia mulai berupaya untuk “memperbaiki” serta mengangkat
harkat dan martabat masyarakat sasak di Lombok dari kebodohan dan
keterbelakangan menuju masyarakat yang maju, bermartabat, serta memiliki iman
yang kokoh.
D . Nahdlatul
Wathan dan perubahan Keagamaan masyarakat wetu telu.
1.
Pergeseran Praktik Keagamaan Masyarakat Wetu telu
Islam wetu telu di Narmada adalah suatu realitas
kehidupan keagamaan yang bercirikan paham keagamaan yang dalam aspek-aspek
tertentu berbeda dengan islam Waktu Lima. Ciri khas praktek keagamaan Wetu Telu
antara lain, seperti: kepercayaan akan keterlibatan arwah leluhur dalam
menyampaikan permohonan seseorang atau sekelompok orang kepada Tuhan, peran
dominan kiai dalam semua upacara ritual keagamaan, kewajiban shalat dan puasa
hanya di serahkan kepada kiai untuk melakukannya, dibayarkannya dua jenis zakat
fitrah, yaitu fitrah urip dan fitrah pati oleh masyarakat, zakat fitrah yang
hanya boleh dibayarkan kepada kiyai, dan yang paling penting adalah
dijadikannya norma adat sebagai pedoman dominan dalam melaksanakan semua bentuk
kepercayaan dan praktek ritual keagamaan serta perilaku keagamaan dalam
kehidupan keseharian. Paham dan praktek keagamaan wetu telu merupakan suatu
realitas sosial, dalam arti bahwa masyarakat wetu telu dengan ciri-cirinya
tersebut diatas merupakan suatu yang riil, bekerja menurut prinsip-prinsipnya
sendiri yang khas, yang tidak mencerminkan maksud-maksud individual yang sadar,
berada secara terlepas dari individu-individu yang berada didalamnya, karena
masyarakat merupakan suatu kenyataan yang lebih dari pada sekedar jumlah
bagian-bagiannya.
Disisi
lain, masyarakat wetu telu narmada bisa dipandang dalam posisi nominal,
sehingga sebenarnya hanya individu-individu yang riil secara obyektif, sedang
masyarakat hanya suatu nama yang menununjukkan pada sekumpulan
individu-individu. Berikut ini akan dipaparkan bagaimana individu-individu
tertentu di desa atau masyarakat desa ini telah melakukan tindakan perubahan
keagamaan sebagai suatu realitas sosial obyektif keagamaan yang lain (islam
waktu lima) yang berbeda dari realitas obyektif yang telah ada (waktu telu),
setelah Nahdatul Wathan berupaya melenyapkan bercampurnya norma adat dengan
nilai-nilai ajaran islam yang sebenarnya melalui aktivitas dakwah islamiyah.
Berbeda
dengan sekarang ini, masyarakat narmada sudah menjadikan islam sebagai
anutannya. Masyarakat islam narmada telah menjalankan shalat lima kali sehari
semalam, berpuasa selama bulan ramadhan, zakat fitrah tidak lagi diserahkan
kepada para kiyai atau penghulu, melainkan kepada oranag yang memang berhak
menerimanya (mustahiq) seperti fakir dan miskin. Dikalangan masyarakat juga
tidak tampak lagi kepercayaan tentang hari baik dan hari tidak baik dalam
menentukan keberuntungan dan ketidakberuntungan seseorang didalam menjalankan
suatu kegiatan atau suatau usahanya, atau keterlibatan arwah leluhur didalam
menyampaikan permohonan seseorang atau sekelompok orang kepada Tuhan. Mereka
juga tidak mau lagi mengikuti praktiek-praktek adat yang selain tidak massuk
dalam akal pikiran, dan membutuhkan biaya yang sangat besar, serta mengarah
kepada sikap boros, dan yang sangat penting adalah dijadikannya ajaran Islam
sebagai pedoman di dalam bersikap dan berperilaku dalam masyarakat.
Dari
hasil pengamatan di lapangan dan beberapa informan menyatakan bahwa masyarakat
Narmada saat ini, sesudah menjadikan Islam sebagai anutannya. Mereka juga telah
mempraktekkan ajaran Islam dalam setiap kegiatan kesehariannya. Masyarakat
tidak lagi berpandangan bahwa kewajiban keagamaan hanya menjadi kewajiban para
kiai dan penghulu. Masyarakat juga telah meninggalkan berbagai praktek ritual
setiap pelaksanaannya diiringi dengan acara makan dan minum secara berlebihan.
Sebaliknya saat ini, masyarakat sudah mulai mempergunakan akal pikirannya di
dalam memahami ajaran Islam. Selain itu, mereka juga mulai rasional, penuh
perhitungan, hemat, serta teliti di dalam setiap aktivitas kesehariannya.
Beberapa tahun sebelumnya, oleh orang-orang Wetu Telu kami dianggap sebagai
orang asing yang datang untuk merusak kepercayaan, upacara ritual serta
tradisi-tradisi yang diwariskan oleh para leluhur mereka.
Senada dengan pernyataan di atas, tuan guru Afiffuddin (70 tahun) salah seorang da’i ketika itu, menyatakan bahwa kami merasa bersyukur melihat perkembangan masyarakat Narmada yang sekarang ini sudah menjalankan syariat Islam secara utuh dan konsisten, berbeda dengan ketika kami pertama kali datang dulu, kami dituduh sebagai orang yang merusak adat atau tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Berdasarkan realitas di atas, nampaklah bahwa telah terjadi perubahan keagamaan masyarakat Wetu telu ke Islam Waktu Lima di Narmada. Permasalahannya sekarang adalah bagaimana proses perubahan keagamaan itu terjadi, bagaimana sikap dan perilaku keagamaan masyarakat, dan apa saja yang diperoleh oleh orang-orang yang melakukan praktek perubahan keagamaan tersebut.
Senada dengan pernyataan di atas, tuan guru Afiffuddin (70 tahun) salah seorang da’i ketika itu, menyatakan bahwa kami merasa bersyukur melihat perkembangan masyarakat Narmada yang sekarang ini sudah menjalankan syariat Islam secara utuh dan konsisten, berbeda dengan ketika kami pertama kali datang dulu, kami dituduh sebagai orang yang merusak adat atau tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Berdasarkan realitas di atas, nampaklah bahwa telah terjadi perubahan keagamaan masyarakat Wetu telu ke Islam Waktu Lima di Narmada. Permasalahannya sekarang adalah bagaimana proses perubahan keagamaan itu terjadi, bagaimana sikap dan perilaku keagamaan masyarakat, dan apa saja yang diperoleh oleh orang-orang yang melakukan praktek perubahan keagamaan tersebut.
2. Proses Terjadinya
Perubahan Keagamaan Wetu Telu
Pesatnya perkembangan keprcayaan wetu Telu terutama di
wilayah Narmada telah mendorong organisasi keagamaan Nahdlatul Wathan untuk
masuk kedalam kelompok Wetu Telu dan berusaha untuk mendorong mereka melakukan
perubahan keagamaan ke Islam Waktu Lima dengan cara melepaskan mereka dari
pengaruh tradisi yang diwariskan oleh para leluhur, dan membersihkan mereka
dari sistem kepercayaan dan praktek-praktek ritual yang berdasarkan norma adat
yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Dalam menyebarkan ajaran Islam pada masyarakat Wetu Telu Narmada, setidaknya terdapat tiga mekanisme dakwah yang digunakan Nahdlatul wathan, yaitu:
Dalam menyebarkan ajaran Islam pada masyarakat Wetu Telu Narmada, setidaknya terdapat tiga mekanisme dakwah yang digunakan Nahdlatul wathan, yaitu:
a) Dakwah
melalui madrasah,
b) Dakwah
melalui majelis taklim, dan
c) Dakwah
melalui dakwah dan ceramah pada moment penting hari besar Islam.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian yang dikemukakan dalam makalah ini oleh
penulis terhadap Telaah Islam wetu telu dan telaah Terhadap Pembaharuan
Pendidikan Ormas Nahdlatul Wathan Serta Pemikiran dan Gerakan Tuan Guru Kiai Hamzanwadi
dapat ditarik kesimpulan bahwa proses islamisasi dilombok awalnya sebelum
menjadi islam yang sempurna sesuai dengan ajaran Ahlussunah waljamaah, terjadi
proses bentuk islamisasi dilombok
dilakukan ibarat tangga atau jalan masuknya secara bertahap dikarenakan adanya
budaya masyarkat lombok yang masih melekat dengan budaya leluhur yang Animisme
dan Dinamisme masih kuat, sehinga dengan adanya gerakan Nahdlatul Wathan yang
melakukan rekonstruksi secara bertahap sehingga islam yang masuk dilombok yang
dulunya bercampur dengan adat leluhur masyarakat lombok mampu direkonstruksi
sehingga sampai sekarang yang namanya islam Wetu telu sudah dikatakan gulung
tikar meski masih bertahan didaerah Bayan Lombok utara.
Keberadaan Nahdlatul wathan dengan pendirinya Hamzanwadi
gerakannya telah membawa nuansa baru bagi perkembangan sumber daya manusia yang
berilmu, beriman, dan bertakwa, keberadaan umat islam yang memperaktekkan
ajaran-ajaran Animisme dan Dinamisme (Wetu Telu) dapat berangsur-angsur kembali
ke ajaran islam yang sebenarnya (Wetu Lima) dengan demikian adanya Nahdlatul
Wathan (NW) adalah ormas yang memiliki andil besar bagi pembangunan daerah di
NTB.
B.
Saran
Alhamdulilah kami panjatkan segala implementasi rasa
syukur kami atas selesainya makalah ini. Namun dengan selesainya bukan berarti
telah sempurna karena kami sebagai manusia sadar,bahwa dalam diri kami
tersimpan berbagai sifat kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya sangat
mempengaruhi terhadap kinerja kami.
Oleh karena itulah saran serta keritik yang bersifat
membangun dari saudara selalu kami nantikan, untuk dijadikan suatu pertimbangan
dalam setiap langkah sehingga kami terus termotifasi kearah yang lebih baik
tentunya dimasa-masa yang akan dating. Akhirnya kami ucapkan terima kasih.
Daftar Pustaka
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Illmu Sejarah.
Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka
Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah.
Jakarta: Tiara Wacana
Dudung Abdurrahman. 1999.
Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Hermawan warsito. 1992. Pengantar Metode
Penelitian Sejarah Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Logos wacana Ilmu
Noor, Mohammad, dkk., 2004. Visi Kebangsaan
Religius, Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Zainuddin Abdul
Madjid 1904-1997. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu dengan pondok Pesantren
Nahdlatul Whatan Jakarta
Erni Budiwanti. 2001. Islam Sasak Wetu Telu
Versusu Waktu Lima. Yogyakarta, LkiS
[1]
Boda merupakan kepercayaan asli orang sasak
sebelum kedatangan pengaruh asing. Orang sasak pada waktu itu, yang menganut
kepercayaan ini, disebut sasak Boda. Agama sasak Boda ini ditandai oleh
Animisme dan Panteisme. Pemujaan dan penyembahan roh-roh leluhur dan berbagai dea
lokal lainnya merupakan fokus utama daripraktek keagamaan sasak Boda. Lihat
Erni Budiwanti, Islam sasak, hal: 8
[5]
Hermawan warsito, Pengantar Metode Penelitian
Sejarah Buku Panduan Mahasiswa, (jakarta: Logos wacana Ilmu, 1992) hlm.11
[6]
Mohammad Nour, dkk.,
Visi Kebangsaan Religius, Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji
Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997 (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu dengan pondok
Pesantren Nahdlatul Whatan Jakarta, 2004), hlm. 96.
[7] Secara Georafis, pulau Lombok terletak antara dua pulau
yaitu sebelah barat berbatasan denagn pulau Bali (daerah wisata), sebelah timur
berbatasan dengan Pulau Sumbawa, yang terkenal dengan “Susu Kuda Liar” dan
“Madu Sumbawa”. Penduduk asli Lombok adalah suku sasak yang merupakan kelompok etnis mayoritas Lombok (90%, sisanya adalah
Bali, Sumbawa, Jawa, arab, Cina dll. Dari segi
agama mayoritas beragama islam (waktu lima dan wetu telu), Hindu, Budha,
dan Kristen. Erni Budiwanti, Islam Sasak,. Hlm. 6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar